Sabtu, 31 Januari 2015

Yang Senangtiasa Ter-DIAM

Yang Senangtiasa  ter-DIAM.

Ada masalah kau diam.
Tidak ada masalah kau diam.
Kita berdiskusi kau diam.
Kita berdebat kau diam.
Pendiam adalah predicatemu....
Itulah kau yang sebenarnya !
Aku pernah berkata dalam satu tulisanku.....
“TERDIAM YANG SEPANTASNYA ADALAH KEBOHONGAN DAN KEBODOHAN”.
Tak selayaknya kau terus terdiam.
Sekali-kali kau harus bersuara nyaring dan keras.
Dentuman suara yang mengusik keramaian.
Aku bingung (confuse)....
Aku pernah berpikir bahwa.....
Mungkin kau bisu dalam ketenaganmu dan merontah dalam jiwamu.
Diam itu kau tunjukkan sebagai cara berbicaramu....
Dan cara berkomunikasimu.
Tapi itu salah....
Salah menilai situasi dan kondisi
Ketika kau diam, kau semakin tidak terlihat jelas.
Kami tidak tahu, sebenarnya kau mau apa ?
Mungkinkah kau ingin mengatakan sesuatu ?
Atau malah tidak mengatakan sesuatu ?
Kau konsisten dengan sikap diam ?
HhmM....sungguh diam itu adalah sikap absurd.
Sikap yang menunjukan sesuatu jelas atau tidak jelas.
Jelas tidaknya adalah sama-sama tidak jelas.
Bagimu semuanya tidak jelas.
Jika kau terus saja diam maka suatu saat engkau akan terbungkam.
Engkau akan diperkosa dengan penyesalan bertubi-tubi....
Engkau akan ditelanjangi secara tidak wajar
Sampai kau tidak lagi diam.....
Tapi kau terus berbicara seputar penyesalannmu....
Dan apa yang kau rasakan.
Dan itulah ekspektasi mayoritas.

Febri Ramadhani
Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar