Selasa, 13 Januari 2015

Jeritan Negeri Menunggangi Tangis Rakyat

"Jeritan Negeri Menunggangi Tangis Rakyat"
Media massa mengusik telinga ini
Seolah tak jemu.
Seorang Tuna rungu memang tak mendengar
alangkah sedihnya mereka.
Tapi lebih sedih kita yang normal,
tak seperti mereka yang abnormal.
Kami mendengar, melihat , merasakan.
Problema negeri ini tanggungan kita
Sebagai generasi kader Penerus bangsa.

Pamflet kebatilan yang terus dipublikasikan kepada Rakyatnya, membuatnya kapok bergeming.
Begitu dangkalnya sumur kehidupan di negeri ini.
Tapi kesejahtraan dan keadilan terlalu dalam untuk ditemui
Tapi, ingat....
Tidak semuanya yaahhhh.....

Mengafirmasikan kebenaran adalah suatu keharusan.
kebenaran harusnya ditempatkan pada kebenaran.
Bukan malah sebaliknya.

Analogi sederhana,...
Dari jeritan itu, tak lain" Jangkitan Penyakit.
Bakteri, kuman, dan virus yang menjangkit Bumi Nusantaraku
Tikus-tikus kenyang, perut buncit bertopeng Hipokrit
menjadi term-term bukti Eksistensinya sebagai Troble Maker.
Korupsi layaknya Gurita yang menggrogoti kulit-kulit mulusnya
Aku sebagai Rakyat : Mengakui, Kita bangsa yang LEMAH disamping kita bangsa yang besar.

Itu FAKTA !!!

Ku bukannya pesimistis bahkan skeptis posesif.
Melainkan realitas yang terungkap secara Gamblang.
Pengadilan ditelanjangi sehingga tak berbusana
Malu, tapi mereka tak malu.

Derita hukum yang dihukum dan terhukum
Ya...Tuhan berikan negara kami Hidayah.
Kabut gelap dan Hitam pekat menyelimuti
Mata ini Rabun tak melihat dengan sempurna
Katarak mata ini,
kelopak dan retina mata sudah tebal akan spekulasi
jelasnya ada yang Hipokrit di dalam.
Kalau Begitu, beri kami kacamata
Untuk membaca dengan jelas
jangan sampai ada yang tersisa juga tertutupi
Tradisi dan tragedi Negeriku yang malang.

Pintaku:

Para Yang kami tuakan dan percayakan
Kepercayaan untuk melabuhkan negeri ini ke tempat tujuan
Jangan kandaskan,
Jangan stagnansikan,
jangan ganggu nahkodanya.
Duduk dengan tenang
Dan tetap chek and balance sesama penumpang
Relasi Harmonis tetap dijaga.

Jadikan jiwamu seperti Tuhan dalam dalam diri manusia
dan Manusia dalam diri Tuhan.

Febri Ramadhani
Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar