Yang
Senangtiasa ter-DIAM.
Ada masalah
kau diam.
Tidak ada masalah
kau diam.
Kita
berdiskusi kau diam.
Kita berdebat
kau diam.
Pendiam adalah
predicatemu....
Itulah kau
yang sebenarnya !
Aku pernah
berkata dalam satu tulisanku.....
“TERDIAM YANG SEPANTASNYA
ADALAH KEBOHONGAN DAN KEBODOHAN”.
Tak selayaknya
kau terus terdiam.
Sekali-kali
kau harus bersuara nyaring dan keras.
Dentuman suara
yang mengusik keramaian.
Aku bingung
(confuse)....
Aku pernah
berpikir bahwa.....
Mungkin kau
bisu dalam ketenaganmu dan merontah dalam jiwamu.
Diam itu kau
tunjukkan sebagai cara berbicaramu....
Dan cara
berkomunikasimu.
Tapi itu
salah....
Salah menilai
situasi dan kondisi
Ketika kau
diam, kau semakin tidak terlihat jelas.
Kami tidak
tahu, sebenarnya kau mau apa ?
Mungkinkah kau
ingin mengatakan sesuatu ?
Atau malah
tidak mengatakan sesuatu ?
Kau konsisten
dengan sikap diam ?
HhmM....sungguh
diam itu adalah sikap absurd.
Sikap yang
menunjukan sesuatu jelas atau tidak jelas.
Jelas tidaknya
adalah sama-sama tidak jelas.
Bagimu
semuanya tidak jelas.
Jika kau terus
saja diam maka suatu saat engkau akan terbungkam.
Engkau akan
diperkosa dengan penyesalan bertubi-tubi....
Engkau akan
ditelanjangi secara tidak wajar
Sampai kau
tidak lagi diam.....
Tapi kau terus
berbicara seputar penyesalannmu....
Dan apa yang
kau rasakan.
Dan itulah
ekspektasi mayoritas.
Febri
Ramadhani
Mahasiswa Ilmu
Hukum UIN Alauddin Makassar