Rasanya tak tercakapkan secara indrawi
Apa yang aku rasakan mungkin juga
kau rasakan,
Yah, semoga...
Ya, Kuharap
Kau begitu indah, bagaikan sosok
bunga tercantik di dunia
Kau mampu menghibur semua lelaki
dengan senyum manismu,
Dan dengan kelebihanmu yang tak
setara dengan wanita sepertimu
Kau memang tak sempurna di mataku,
aku tak bisa memungkiri itu.
Kesempurnaan hanya milik-Nya
Tapi dengan rasaku dan rasioku aku
tidak bisa juga menafikkan,
Bahwa kesempurnaan juga ada dalam
dirimu bungaku....
Tapi...apabila dirimu menyatu dengan
diriku...!
Siang malam menjadi ruang
kehadiranmu,
Hadir dalam mimpi, hadir dalam
bentuk fisik dan non-fisik.
Kehadiranmu dalam fenomena dan
nomena menghiburku.
Aku harap, dengan puisi ini kita
tuntas mengarungi hidup bungaku...
Aku bergetar, saat menatap. Dilema
dan kecewa.
Keras, terbentur dari dari hati yang
terdalam, sungguh dalam....
Semuanya aku sadari, aku
mengikhlaskan
Kau telah termiliki bungaku...!!!
Sejak itulah aku bernafas tanpa sadar
akan hembusan nafas.
Kepala seolah tidak ada, tapi kenapa
rasanya begitu berat dan berbeban ?
Itu karena dirimu bungaku.
Dirimu, hadirmu, ragamu, jiwamu yang
termiliki bukan olehku.
Di situlah aku mengikhlaskan ragamu,
tapi tidak dengan jiwamu.
Bagiku, pantang bunga yang ku dekap
adalah sisa-sisa laki-laki lain
Tapi selama bukan sisa, aku terbuka
mendekapmu bunga.
Ingat, selama bukan sisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar