MENGENAL FILSAFAT-
“Mengintroduksi Filsafat Sebelum Berfilsafat”
“
Dunia ini tercipta dari air dan awalnya itu air”
-Thales-:
Bapak Filsafat”
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
yaitu dari kata philo dan shopie. Yang
mana philo artinya Cinta, Mencintai, dan shopie artinya Kearifan dan
kebijaksanaan. Seringkali filsafat dianggap sebagai sebuah
teori tengtang segala sesuatu.. Khususnya bagaimana merangkai sebuah
defenisi. Memang begitulah asumsi Mahasiswa ataupun para dosen-dosen. Tidak
dapat dipungkiri bahwa predikat Filasafat adalah The Mother of Science atau
induk dari pada ilmu pengetahuan. Tapi apakah ilmu-ilmu yang lain akan mengakui
predikat terebut? Bahkan ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah awal dari
pada ilmu pengetahuan. Berkenalan dengan filsafat bukan berarti berfilsafat?
Yah, begitulah.....dan harusnya kan seperti yang seharusnya. Orang yang
terlebih dahulu mencelupkan diri pada kultus dunia keilmuan filsafat, tentu
didistingtifkan pada yang baru
mengintroduksi makananya.Baik makna,etimologis, Harafiah begitu pula dengan
terminologis . Cakupan filsafat
sangatlah luas, dan plural. Hampir menyentuh seluruh ruas-ruas metodolgi
keilmuan.
Misalnya
saja Filsafat hukum, Etika, Islam, Theologis, Moral, Logika, politik,Estetika,
Matematika, Sosiologi,Semantik dan masih
banyak lagi. Dan ada pula yang memisahkan diri atau beridiri sendiri.
Katakanlah Psikologi.
Berfilsafat
berarti berpikir. Itulah yang pertama, akan tetapi berpikir bukan berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah Refleksi
kritis terhadap pemikiran diri sendiri dan bagaimana kita merelasikan pendapat
orang lain supaya kita menemukan
kebenaran yang sesungguhnya, yakni kebenaran Ilmiah.
Pendekatan
filsafat ada dua yaitu dengan Pendekatan
Kronikalitas dan Pendekatan Tematik.
Kronikalitas sama dengn kronologi yakni berdasarkan urutan waktu,
serentetan-serentetan waktu yang pernah ada. Di mana pendekatan ini lebih
memfokuskan pada sudut kesejarahan. Pendekatan Tematik yakni memfokuskan pada
satu Tema dan topik yang dibahas secara mendalam sampai ke akar-akar
orisinalitasnya.
Filsafat,
menurut saya untuk mencapai kebenaran maka harus berpikir secara ilmiah.
Filsafat hadir bukan untuk mneguasai ilmu-ilmu yang lainnya tapi tetap berjalan
pada koridornya, dengan usaha tertib. Para ahli-ahli di filsafat misalnya,
apa-apa yang pernah dipelajari harus dipertanggungjawabkan. Tidak hanya ketika
diterima, ditelan mentah-mentah baru tidak ditelaah dan dicernah dengan baik .
Hal eksenterik untuk menilai oarng yang sudah mapan dari
pengetahuan Filsafat, atau bahkan katanya menguasai Filsafat, tapi dari segi
aplikasi, bak itu Moralitas, Etika, Estetika (cara pakai) yang tidak
mencerminkan kearifan dan kebijaksanaan. Dalam dunia kemahasiswaan apalagi
keorganisasian sebenarnya itu yang patut dikritisi terlebih dahulu, sebelum
mengkritisi dunia luar.
Memang
begitu banyak aliran-aliran dalan arena dan wahana kefilsafatan., tapi itu semua tidak pernah
terlepas dari apa makna esensial dari Filsafat itu :Misalnya, Skeptitisme,
Sopisme, Rasionlisme, Empirisime,Positivistik, idealisme dan masih banyak lagi
yang lainnya- yang saling berkecamuk dan bersileweran dalan distrik kefilsafatan.
Filsafat
yang lebih umum saya dengar dari segi fungisonal adlah sebagai konsep dalam
pencetusan intelektual. Apalagi dalam menjebol akar-akar kesosialan manuisa dan
membuat mereka sadar akan dirinya sendiri. Agar tidak mengalami yang namanya
dislokasi, disorientasi dan disidentifikasi.
Filsafat
kritis misalnya yang menyebarkan doktrin dan dogma menegenai manusia yang
memerdekakan diri sebagai subjek yang berani bepikir sendiri sebagai seorang
personal. Karena kadang orang yang memilki kemampuan dalam hal apapun itu, lalu mereka dipenjarakan oleh
situasi yang namanya rasa malu untuk berbicara, nah..... ini kan sudah era
democracy,,,,, bukan era keterbelengguan aspirasi seperti orde baru. Dan sudah
ada yang namanya The Freedom of
Expression, bagaimana kita bebas mengemukan pendapat. Dan selain itu paling
tidak kita mampu berpartisipasi dalam diskusi-perdebatan ilmiah dikampus.
Dengan
namanya berfilsafat haruslah meneggelamkan diri dalam dunia tekstualitas maupun
kontekstualitas. Dapatlah kita pahami
sedekit mengenai posisi dan teritorial pengembangan dan pengaplikasian
Filasafat itu sendiri.
Tugas
Filsafat: yakni secara umum terbagi atas dua yaitu, Tugas kritis dan Konstruktif.
Tugas kritis dapat direfresentasikan dalam kisah Socrates. Seorang teman
Socrates yaitu Chairephon dan bertanya kepada orakel di Delpi mengenai adakah
orang melebihi kebijaksanaannya Socrates ? Orakel menjawab bahwa tak seorang
pun yang melebihi kebijkasnaannya Socrates. Dan Socrates yang merrasa dirinya
tidak bijaksana menguji pertanyaan Orakel dengan menanyai Orang –orang yang
merasa terpelajar dan bijaksana. Kemudian ia terus-terus bertanya kepada orang
lain yan ia anggap bijak. Apakah aku ini
orang yang bijak ? Ternyata sama perkataan dari Orakel.
Tugas
kritis Filsafat mengingatkan kepada
manusia tengtang ketidaksempurnaan kita, yang akan membawa kita
kerendahtian. Tugas kritis Filsafat yang
lainnya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan Fhilosophies. Sedangkan tugas
Konstruktif Filsafat ditandai dengan proposisi-proposisi atau
pernyataan-pernyatan yang berisi
simpulan atau thesis/konklusi atas jawaban dari pertanyaaan yang
dimunculkan.
Pertanyaan-pertanyaan
fhiloshopies itu Paling tidak tediri dari beberapa tipe: Logis, Ontologis, Epistemologis,
Aksiologis.
Sistematika
dalam berfilasafat ada dua konsepsi secara garis besar, yaitu Sistem Naturalistik: Dengan asumsi –pertama dimana bahwa di dunia
ini hanya ada satu tatanan realitas saja. Karena itu realitas yang lain, yang tidak dapat decerap oleh Indra bukanlah
sutu tatanan real. Kedua tatanan tersebut terdiri dari objek-objek dan
peristiwa yang terjadi dalam kerangka ruang dan waktu. Ketiga,,,, Tatanan ini
bersifat Independen dan otonom yang
secara alami tidak ada yang menggerakkan. Sistem Filsafat yang seperti ini
mendominasi corak pemikiran Positivisme dan naungannya Empisisme.
Sistem Filsafat Transendentalistik: Dengan
Asumsi- pertama,,,, Bahwa dunia ini terikat oleh ruang dan waktu yang diatur
sedemikian rupa oleh realitas yang melampaui/transenden bagi ruang dan waktu
itu. Kedua,,,,, realitas tidak terbatas
pada objek dan kejadian yang terjadi dalam ruang dan waktu. Ketiga ,,,, semua
yang ada secara material mapun imaterial adalh kuasa Tuhan dan dialah yang
menciptakan segalanya.
Itulah
mengenai pemahaman saya terhadap Filsafat dari sudut Introduksi, bagi yang ingin ber-Filsafat silahkan, dan bagi yang
tidak mau tidak ada paksaan. Karena Pendidikan Pembebasan adalah bagian dari
esesnsi ajaran Filsafat yang sesungguhnya.
Berpikirlah........!!!!!!!
Febri
Ramadhani
Mahasiswa
Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar