Senin, 02 Maret 2015

Mengenal Filsafat, apa itu Filsafat ?

MENGENAL FILSAFAT-

Mengintroduksi Filsafat  Sebelum Berfilsafat”

“ Dunia ini tercipta dari air dan awalnya itu air”
-Thales-: Bapak Filsafat”

Filsafat  secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata  philo dan shopie. Yang mana philo artinya Cinta, Mencintai, dan shopie artinya Kearifan dan kebijaksanaan. Seringkali filsafat dianggap sebagai sebuah  teori tengtang segala sesuatu.. Khususnya bagaimana merangkai sebuah defenisi. Memang begitulah asumsi Mahasiswa ataupun para dosen-dosen. Tidak dapat dipungkiri bahwa predikat Filasafat adalah The Mother of  Science atau induk dari pada ilmu pengetahuan. Tapi apakah ilmu-ilmu yang lain akan mengakui predikat terebut? Bahkan ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah awal dari pada ilmu pengetahuan. Berkenalan dengan filsafat bukan berarti berfilsafat? Yah, begitulah.....dan harusnya kan seperti yang seharusnya. Orang yang terlebih dahulu mencelupkan diri pada kultus dunia keilmuan filsafat, tentu didistingtifkan  pada yang baru mengintroduksi makananya.Baik makna,etimologis, Harafiah begitu pula dengan terminologis . Cakupan filsafat  sangatlah luas, dan plural. Hampir menyentuh seluruh ruas-ruas metodolgi keilmuan.

Misalnya saja Filsafat hukum, Etika, Islam, Theologis, Moral, Logika, politik,Estetika, Matematika, Sosiologi,Semantik dan  masih banyak lagi. Dan ada pula yang memisahkan diri atau beridiri sendiri. Katakanlah Psikologi.

Berfilsafat berarti berpikir. Itulah yang pertama, akan tetapi berpikir bukan berarti  berfilsafat. Berfilsafat adalah Refleksi kritis terhadap pemikiran diri sendiri dan bagaimana kita merelasikan pendapat orang lain supaya kita menemukan  kebenaran yang sesungguhnya, yakni kebenaran Ilmiah.

Pendekatan filsafat ada dua yaitu dengan Pendekatan Kronikalitas dan Pendekatan Tematik. Kronikalitas sama dengn kronologi yakni berdasarkan urutan waktu, serentetan-serentetan waktu yang pernah ada. Di mana pendekatan ini lebih memfokuskan pada sudut kesejarahan. Pendekatan Tematik yakni memfokuskan pada satu Tema dan topik yang dibahas secara mendalam sampai ke akar-akar orisinalitasnya.

Filsafat, menurut saya untuk mencapai kebenaran maka harus berpikir secara ilmiah. Filsafat hadir bukan untuk mneguasai ilmu-ilmu yang lainnya tapi tetap berjalan pada koridornya, dengan  usaha  tertib. Para ahli-ahli di filsafat misalnya, apa-apa yang pernah dipelajari harus dipertanggungjawabkan. Tidak hanya ketika diterima, ditelan mentah-mentah baru tidak ditelaah dan dicernah dengan baik . Hal  eksenterik  untuk menilai oarng yang sudah mapan dari pengetahuan Filsafat, atau bahkan katanya menguasai Filsafat, tapi dari segi aplikasi, bak itu Moralitas, Etika, Estetika (cara pakai) yang tidak mencerminkan kearifan dan kebijaksanaan. Dalam dunia kemahasiswaan apalagi keorganisasian sebenarnya itu yang patut dikritisi terlebih dahulu, sebelum mengkritisi dunia luar.

Memang begitu banyak aliran-aliran dalan arena dan wahana  kefilsafatan., tapi itu semua tidak pernah terlepas dari apa makna esensial dari Filsafat itu :Misalnya, Skeptitisme, Sopisme, Rasionlisme, Empirisime,Positivistik, idealisme dan masih banyak lagi yang lainnya- yang saling berkecamuk dan bersileweran  dalan distrik kefilsafatan.

Filsafat yang lebih umum saya dengar dari segi fungisonal adlah sebagai konsep dalam pencetusan intelektual. Apalagi dalam menjebol akar-akar kesosialan manuisa dan membuat mereka sadar akan dirinya sendiri. Agar tidak mengalami yang namanya dislokasi, disorientasi dan disidentifikasi.

Filsafat kritis misalnya yang menyebarkan doktrin dan dogma menegenai manusia yang memerdekakan diri sebagai subjek yang berani bepikir sendiri sebagai seorang personal. Karena kadang orang yang memilki kemampuan dalam  hal apapun itu, lalu mereka dipenjarakan oleh situasi yang namanya rasa malu untuk berbicara, nah..... ini kan sudah era democracy,,,,, bukan era keterbelengguan aspirasi seperti orde baru. Dan sudah ada yang namanya The Freedom of Expression, bagaimana kita bebas mengemukan pendapat. Dan selain itu paling tidak kita mampu berpartisipasi dalam diskusi-perdebatan ilmiah dikampus.

Dengan namanya berfilsafat haruslah meneggelamkan diri dalam dunia tekstualitas maupun kontekstualitas.  Dapatlah kita pahami sedekit mengenai posisi dan teritorial pengembangan dan pengaplikasian Filasafat itu sendiri.

Tugas Filsafat: yakni secara umum terbagi atas dua yaitu, Tugas kritis dan Konstruktif. Tugas kritis dapat direfresentasikan dalam kisah Socrates. Seorang teman Socrates yaitu Chairephon dan bertanya kepada orakel di Delpi mengenai adakah orang melebihi kebijaksanaannya Socrates ? Orakel menjawab bahwa tak seorang pun yang melebihi kebijkasnaannya Socrates. Dan Socrates yang merrasa dirinya tidak bijaksana menguji pertanyaan Orakel dengan menanyai Orang –orang yang merasa terpelajar dan bijaksana. Kemudian ia terus-terus bertanya kepada orang lain  yan ia anggap bijak. Apakah aku ini orang yang bijak ? Ternyata sama perkataan dari Orakel.

Tugas kritis Filsafat mengingatkan  kepada manusia tengtang ketidaksempurnaan kita, yang akan membawa kita kerendahtian.  Tugas kritis Filsafat yang lainnya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan Fhilosophies. Sedangkan tugas Konstruktif Filsafat ditandai dengan proposisi-proposisi atau pernyataan-pernyatan yang berisi  simpulan atau thesis/konklusi atas jawaban dari pertanyaaan yang dimunculkan.

Pertanyaan-pertanyaan fhiloshopies itu Paling tidak tediri dari beberapa tipe: Logis, Ontologis, Epistemologis, Aksiologis.

Sistematika dalam berfilasafat ada dua konsepsi secara garis besar, yaitu Sistem Naturalistik:  Dengan asumsi –pertama dimana bahwa di dunia ini hanya ada satu tatanan realitas saja. Karena itu realitas yang lain,  yang tidak dapat decerap oleh Indra bukanlah sutu tatanan real. Kedua tatanan tersebut terdiri dari objek-objek dan peristiwa yang terjadi dalam kerangka ruang dan waktu. Ketiga,,,, Tatanan ini bersifat Independen dan otonom  yang secara alami tidak ada yang menggerakkan. Sistem Filsafat yang seperti ini mendominasi corak pemikiran Positivisme dan naungannya Empisisme.

Sistem Filsafat Transendentalistik:  Dengan Asumsi- pertama,,,, Bahwa dunia ini terikat oleh ruang dan waktu yang diatur sedemikian rupa oleh realitas yang melampaui/transenden bagi ruang dan waktu itu. Kedua,,,,, realitas tidak  terbatas pada objek dan kejadian yang terjadi dalam ruang dan waktu. Ketiga ,,,, semua yang ada secara material mapun imaterial adalh kuasa Tuhan dan dialah yang menciptakan segalanya.

Itulah mengenai pemahaman saya terhadap Filsafat dari sudut Introduksi, bagi yang  ingin ber-Filsafat silahkan, dan bagi yang tidak mau tidak ada paksaan. Karena Pendidikan Pembebasan adalah bagian dari esesnsi ajaran Filsafat yang sesungguhnya.
Berpikirlah........!!!!!!!

Febri Ramadhani
Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar